Senin, 26 November 2012

Berfikir Positif



Dalam sebuah buku dikatakan, apa yang akan terjadi pada diri kita tergantung pada apa yang kita pikirkan. Jika kita berprasangka baik, maka tubuh kita akan bersinergi dengan prasangka kita dan secara bersamaan pula kita akan menularkan energi yang baik pula. Tetapi apabila kita selalu berpikir negative, niscaya kita selalu dalam bayang – banyak ketakutan dan menghadirkan kegelisahan pada diri kita. 

Dalam Al-quran juga Allah berfirman ” Aku adalah sebagaimana kami berprasangka” (CMIIW). Maksud dari kutipan ayat tersebut supaya kita percaya bahwa semua yang Allah berikan kepada umatnya adalah jalan yang paling baik yang pasti dibutuhkan oleh umatnya. Tetapi seringkali kita tidak sadar bahwa itu memang kita butuhkan. Karena kurangnya rasa bersyukur, maka kita tidak bisa melihat hikmah dari balik itu semua. Yang ada hanyalah kekecewaan dan merasa bahwa Allah itu tidak adil. Kenapa kadang seseorang bisa merasa seperti itu, selain kurangnya rasa syukur yang tidak dilakukannya adalah percaya bahwa apa yang diberikan pasti yang terbaik dan paling adil bagi semuanya. Mungkin dampaknya belum dirasakan pada saat ini, tetapi visi Allah bukanlah dalam hitungan detik, menit, jam, bahkan bulan. Visi Allah pasti melihat dari belakang hingga jauh kedepan, tetapi semua kembali kepada individu masing – masing apakah percaya bahwa Allah itu maha adil dan maha penyayang?

Selain itu dengan kita berpikir positive, kita bisa dengan mudah keluar dari masalah, atau setidaknya tidak terjerumus dalam masalah yang baru. Dengan begitu secara tidak langsung kita bisa melatih mengatur stress kita. Ketika kita dihadapkan pada keadaan yang akan membuat kita stress, ada 2 hal yang perlu kita ketahui. Pikiran yang didasari oleh emosi dan pikiran yang didasari oleh logika. Pada pikiran yang didasari pada emosi kita ibaratkan dengan batu, dimana setiap itu datang dan langsung kita makan, maka lambat laun gigi kita akan rusak bahkan rontok. Dalam hal ini kita akan frustasi dan menjrumuskan kita dalam masalah yang baru. Pikiran yang didasari pada emosi adalah pikiran yang tidak berdasarkan fakta – fakta, hanya berdasarkan asomsi semata dan semua keadaan yang dilontarkan bersifat relative. Contohnya ketika sedang melihat Itan yang sedang santai Urub “Itan, Kamu males banget, kerjaan kamu Cuma santai – santai saja “. Padahal Itan sudah mmbuat jadwal pada pekerjaannya, sudah memisahkan mana yang penting dan mana yang bukan, sehingga dia mudah menyelesaikannya jauh sebelum dateline-nya. Karena Urub sedang dalam kondisi stress yang tinggi, jadi dia tidak tahu bahwa Itan sudah sibuk pada awal waktu, dan Urub tidak melihatnya. Berbeda dengan pikiran yang didasari oleh logika biasanya untuk mengeluarkannya dibutuhkan hal yang logis dan berdasarkan fakta dan data. Contoh : Urub berkata kepada Itan : “Itan kamu selalu gagal dalam berburu, dari 10 peluru, kamu hanya mengenai rusa sebanyak 2 kali. Itu juga di kakinya saja”. Disini jelas bahwa itan belum mahir dalam menembak, setiap dia membidik selalu saja meleset. Jadi Itan perlu berlatih supaya kemampuannya membaik.

Dalam hal ini kita bisa introspeksi diri karena kita bisa tau berdasarkan data dan fakta yang ada. Sehingga kita bisa memperbaiki untuk menjadi yang lebih baik. Kebalikan dari itu, apabila kita dihadapkan pada situasi yang berdasarkan emosi, kita harus bisa bersabar dan mengendalikan diri agar tidak terpancing emosi. Jangan itu keras, dan jangan juga terlalu bertahan. Coba untuk dapat tetap stabil dalam menjaga emosi, lihat situasi untuk dapat mudur keluar dari masalah secara perlahan dan selalu berpikir positive agar energi positive yang kita keluarkan dapat meredam energi negative yang ada.

Aduh kok jadi ngolorngidul begitu ya.. tapi ya gak apa apa, yang penting kita bisa menjaga diri kita dan selalu berpikir positive dalam keadaan sulit sekalipun. CMIIW

Tidak ada komentar:

Posting Komentar