Senin, 23 Januari 2012

Victim Vs Player


Sebelumnya Selamat Tahun Baru Masehi 2012 & Tahun Baru Imlek, semoga ditahun baru ini kita bisa jauh lebih baik dari tahun kemarin. Tapi bagaimana kita bisa tau kalo tahun yang baru ini bisa lebih baik dari tahun sebelumnya? Biasanya beberapa orang mengukur tahun yang akan dilalui apakah bisa lebih baik dari tahun sebelumnya adalah dengan mengukur sejauh mana atau samapai sejauh mana kita telah mensukseskan program – program ditahun sebelumnya, ataupun apa saja yang kebaikan yang telah kita peroleh dari tahun sebelumnya? Dan apabila ditahun sebulumnya masih ada beberapa ataupun banyak pencapaian yang tertunda, itu bukan berarti kita tidak sukses pada tahun sebelumnya. Menurut gw pencapaian terbaik adalah sebaerapa besar kita berkontribusi untuk diri kita dan sekitar kita yang membuat keadaan menjadi lebih baik atau kurang lebih menjadi sesuatu lebih mudah.
Untuk dapat berkontribusi positive bagi diri kita sendiri ataupun sekitar kita, terlebih dahulu kita harus menjadi player dan sebisa mungkin untuk menjadi victim. Kok player? Kok victim? Emang apa bedanya? Kalo bingung coba kita liat ilustrasi kejadian berikut (CMIIW)
Situasi 1
Hari sudah mulai pagi, suasana subuh sudah mulai terasa. Seperti biasa Tono (maaf kalo ada pembaca yang bernama Tono) melakukan aktifitas pagi, setelah bangun, dia mandi lalu sholat subuh, merapihkan tempat tidurnya, setelah semua selesai dia berangkat ke sekolah. Tetapi karena semalam hujan, jadi jalanan menjadi agak padat sehingga Tono terlambat masuk sekolah. Kepada guru piket Tono akan menjawab apa?
Jawaban 1
Tono berkata “ maaf Pak, saya terlambat. Seharusnya saya berangkat lebih pagi supaya terhindar dari macet”
Jawaban 2
Tono berkata “Maaf Pak, saya terlambat. Biasanya saya berangkat jam 5.30 tidak terlambat pak, ini gara – gara semalam hujan, jadi jalanan macet Pak”
Dari jawaban diatas, manakah yang Tono pilih? Kalo Tono pilih jawaban nomor 2, bearti Tono masih menjadi victim. Kenapa begitu? Karena lo nyalahin faktor “X” (hujan dan macet) dimana Tono gak bisa mengantisipasi dan gak mau terima kesalahannya sendiri. Tetapi pada jawaban pertama Tono menyesali dan menyadari kesalahannya. Dia menyesal kerana seharusnya dia bisa mengantisipasi keadaan pagi itu setelah hujan tadi malam.
Dalam perjalanan pulang dan sedang mengendarai motor disiang hari, tiba – tiba hujan turun dengan derasnya? Buat victim pasti menjawab “yaelah ujan lagi.. ujan lagi.. basah dah..” si Player akan menjawab “Alhamdulillah ujan, jadi seger deh, tapi pake mantel dulu ah biar gak kuyup
Masih dalam perjalanan pulang dan masih sedang mengendarai motor , tiba – tiba motor didepan kita  berzig-zag karena menghindari lobang. Karena tidak menjaga jarak, maka beberapa kali masuk kedalam lobang yang cukup dalam pula. Buat victim pasti menjawab” Sialan tuh orang, gara – gara dia zig zag gw jadi kaga bisa liat lobang, kena terus dah.. “ tapi si Player akan menjawa “Astagfirullah, gara – gara gw gak jaga jarak, jadi gw gak bisa menghindari lobang – lobang tadi. OK gw harus lebih hati – hati dan jaga jarak supaya tidak kena lobang lagi”
Dari kisah – kisah diatas, sudah tau dimana perbedaannya? Mungkin gw akan bilang silahkan menafsirkan sendiri. Tapi menurut gw intinya adalah dalam mensikapi sesuatu hal ataupun sesuatu kondisi, si victim akan selalu berpikir negative sehingga dia selalu menuduh semua kesalahan karena keadaan yang tidak sesuai dengan aturannya dia. Tetapi si Player akan berpikir positif dan menginstopeksi diri supaya keadaan tidak menjadi lebih buruk dan juga menjadikan sebuah pelajaran supaya segala hal buruk tidak terulang kembali CMIIW

Senin, 09 Januari 2012

Do The Best For Everythink, The Next Achieve Is Waiting for You


Pagi ini dapat pengalaman baru dari Pak Bayu. Beliau bercerita bahwa dalam melakukan sesuatu kita harus semaksimal mungkin, meskipun pada awalnya kita bisa merasa canggung. Pak Bayu mencontohkan ketika beliau diminta untuk bernyanyi dan menghibur audiance, dimana yang hadir saat itu merupakan jajaran direksi. Pak Bayu bak Divo terkenal yang sedang melakukan konser tunggalnya. Beliau dengan antusia mengajak para audiance untuk larut dalam suasana. Beliau juga mengajak bernyanyi para direksi, dan saya yakin pada saat itu suasana menjadi cair dan sangat santai. Terbebas dari kepenatan dalam siklus kerja.
Contoh lain adalah Mr. Tukul Arwana. Siapa yang tak kenal beliau. Seorang komedian yang kini sedang berada dipuncak popularitasnya. Mungkin sekarang kita bisa menerka argo untuk Tukul tampil per episode berapa? Saya rasa lebih dari 10 Juta per episode. Kenapa beliau bisa seperti itu, padahal kita semua tau bahwa beliau adalah wong ndeso, wajahnya wong katro, jauh dari keren dan guanteng tetapi bisa sukses. Sukses itu tidak serta merta harus ganteng dan cantik, tetapi harus bisa melakukan sesuatu semaksimal mungkin. Pernah terlintas bahwa Mr. Tukul berceloteh “My Next Customer Is Wathcing Me” yah walaupun struktur gramernya kurang tepat. Tapi maksudnya adalah, pekerjaan beliau selanjutnya tergantung dari penampilannya / performanya saat ini. Sederhana tapi benar – benar penuh makna.
Pada dasarnya kita semua sama, yang membedakan kita adalah keaktifan dan keseriusan kita dalam mengerjakan sesuatu secara maksimal. Tetapi dengan seefektif dan seefesien mungkin. Ketika kita sedang mendapat load pekerjaan yang banyak dan bisa membuat kita frustasi, kita bisa membagi pekerjaan (berdasarkan tingkat urgentsi) itu menjadi 4 bagian. Yaitu :
  1. Penting dan Mendesak
  2. Kurang Penting tetapi Mendesak
  3. Penting tetapi Kurang Mendesak
  4. Kurang Penting dan Kurang Mendesak
Lakukanlah pekerjaan sesuai dengan urutan yang telah saya jabarkan diatas dan itu tidak boleh ditukar satu sama lain. Ketika kita lebih mementingkan pekerjaan pada poin ke 4, maka waktu kita terbuang dengan percuma dan tidak akan mengangkat image performa kita pada atasann kita. Tetapi habiskan dahulu point ke 1, diikuti point ke 2 begitu seterusnya. CMIIW